Wednesday, January 15, 2014

Salam Maulidur Rasul 12hb Rabiulawal 1435 Hijrah (14 Januari 2014) Ada Sebuah Kisah Cinta Yang Benar



Ada sebuah kisah cinta yang  benar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.

Pagi tu, walaupun langit telah menguning,
Burung gurun eggan mengepakkan sayap.

 Pagi itu…
Rasullullah dengan suara terbatas memberikan khutbah.

“Wahai umatku… kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya..”

“Ku wariskan 2 perkara pada kalian, Al Qur’an dan sunnahku…”

“Barang siapa yang mencintai sunnahku, bereerti  mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-sama aku..”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca.

Umar, dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.

Usman menghela nafas panjang.

Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah dating, saatnya sudah tiba…

“Rasulullah akan meninggalkan kita semua.” Keluh hati semua sahabat ketika itu.

Manusia tercinta itu, hamper selesai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda2 itu semakin kuat..

Ali dan Fadhal dengan cergas menyambut Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.

Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik yang berlalu..

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.

Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

“Bolehkah saya masuk?” tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.

“Maaflah, ayahku sedang demam.” Kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.

“Siapakah itu wahai anakku?”

“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.” Tutur Fatimah lembut.

Lalu Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah Malakul Maut.” Kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menerima ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu.” kata Jibril.

 Tapi itu tiernyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” tanya Jibril lagi.

“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan khuatir wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku : ‘ Ku haramkan Syurga bagi siapa saja kecuali umat Muhammaad telah berada di dalamnya ‘ kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.

 Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh.

Fatimah terpejam.
Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah kau melihatku hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu.

“Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal.” Kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

“Ya Allah!! Dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatuku.”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu.

Ali segera mendekatkan telinganya.

“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimamuku (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)”

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan. Sahabat saling berpelukan.

Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii.. Ummatii.. Ummatiii…”

Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu…

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaih…

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita..

Kami juga mencintaimu Ya Rasulullah..

Dan cinta itu..

Akan kami buktikan…





No comments:

Post a Comment

I Love All My Followers ^_^

Entry Babab.net

hatsune_miku_cursor

Singing Hatsune Miku

snow_pink

cute_anime_girl_bottom_left

cute_anime_girl_top_right

Streampad